Ya, sekarang kita sedang disibukkan dengan banyaknya produk produk canggih dari berbagai perusahaan, salah satunya adalah perangkat virtual reality atau realitas maya. Beberapa perusahaan seperti Oculus, HTC, Google bahkan sekelas Apple juga mengembangkan perangkat ini. Mungkin anda bertanya-tanya, sebenarnya kegunaan perangkat virtual reality ini untuk apa ? Saya akan menjelaskannya secara pribadi dan di juga dari beberapa sumber.
Virtual reality (VR) atau realitas maya adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatulingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment), suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imaginasi. Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikanpengalaman visual, yang ditampilkan pada sebuah layar komputer atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi beberapasimulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti suara melalui speaker atau headphone.
1. Simulasi Anatomi
Di Universitas Calgary di Kanada ada ruang VR seharga 1,5 juta dolar (sekitar 18 milyar rupiah). Di ruang tersebut, para peneliti bisa mengenakan kaca mata 3D dan melihat gambaran 3 dimensi dari bagian dalam tubuh manusia. Ahli biokimia Christoph Sensen dan rekan-rekannya menciptakan tubuh semu manusia dengan nama program 'CAVEman' (singkatan dari Automated Virtual Environment = Lingkungan Semu Otomatis).
Para peneliti yang datang ke fasilitas ini bisa melihat simulasi anatomi dan fisiologi tubuh manusia dalam gambaran 3D, tanpa harus melakukan pembedahan. Tubuh virtual ini bisa dilihat bagian demi bagian, misalnya untuk khusus melihat sistem pencernaan atau ginjal saja, bisa diperbesar atau diperkecil dan bisa diputar-putar.
Di ruang ini, 3 proyektor stereoskopik dipasang di lantai dan satu dipasang di langit ruangan, gabungan 4 pancaran mereka bisa membentuk tubuh semu 3D tersebut. Sensen berharap bisa mengembangkan simulasi-simulasi komputer yang bisa mengikuti perkembangan penyakit seperti Alzheimer dan diabetes, sehingga membantu pengembangan sistem pengobatannya. Begitu juga dengan perkembangan sel-sel kanker dalam tubuh, kalau berhasil dibuat simulasi-simulasinya, akan membantu para dokter mendiagnose dan merawat pasien kanker. "Kamu bisa melihat ke bagian dalam tubuh pasien," kata Sensen. "Tumornya bisa dilihat seberapa besar, bagaimana merawatnya dan bagaimana perkembangan perawatan sepanjang waktu."
2 . Pelatihan Pilot Tempur
Para kadet pilot pesawat tempur dari Angkatan Udara Tiongkok
menggunakan headset VR yang memberikan monitor pandangan 3 dimensi bersamaan
dengan joystick video game Saitek X52. Para pilot ini bisa bergabung menjadi
bagian dari skuadron serang maritim dengan pelatihan yang relatif murah.
Setelah berhasil menguasai materi latihan di tahap ini, mereka akan berlatih di
simulator pesawat tempur.
Headset 3D sudah diprogram sehingga para kadet bisa berlatih
terbang sebagai bagian dari kelompok pesawat yang terbang bersama-sama dan mereka
bisa berinteraksi dengan para kadet lainnya serta instruktor. Jadi beberapa
pilot berlatih bersama-sama dan dengan singkronisasi perangkat lunak, setiap
pilot bisa melihat manuver pesawat-pesawat yang dikendalikan rekan-rekannya.
Tentu saja latihan dengan sistem VR tidak bisa menggantikan
100% keahlian yang bisa diasah, juga pengalaman kalau terbang langsung dengan
pesawat aslinya. Dalam penerbang pesawat tempur yang asli, pilotnya akan
mendapat tekanan di dada saat pesawat
melaju sangat cepat atau melakukan tukikan tajam. Saat pesawat tempur melaju
cepat sambil menanjak, tubuh pilot merasakan banyak aliran darah turun dari
bagian atas badan ke kaki, walau pakaian mereka sudah dirancang untuk menahan
hal ini. Semua dampak penerbangan ril tentu sedikit banyak mempengaruhi kinerja
pilot, sementara saat latihan dengan VR, semua dampak ini tidak ada.
Hanya saja, penghematan dari melakukan latihan
dengan sistem VR cukup luar biasa. Sekali menerbangkan 2 pesawat tempur Sukhoi
yang dimiliki Indonesia, bisa menghabiskan bahan bakar pesawat seharga ratusan
juta rupiah, sementara dengan sistem VR, pembelian perangkat keras dan lunak
memang mahal, tapi biaya operasionalnya sangat rendah.
3. Mendesain Mobil
Produsen mobil Amerika, Ford, mengembangkan sistem VR di VR
Immersion Lab. Para desainer Ford menggunakan headset jenis Oculus Rift untuk
mengevaluasi bagian luar dan dalam dari mobil-mobil yang belum dibuat.
Saat mengenakan headset, para desainer dapat memperhatikan detil
dari mobil-mobil tersebut, sementara kamera-kamera mengikuti gerakan para
desainer dan berkoordinasi dengan perangkat lunak untuk mencocokkan presentasi
digital dengan gerakan desainer.
Ini membuat Ford bisa mengevaluasi desain-desain tanpa
membuang waktu dengan berkali-kali membuat model mobil berukuran kecil (dummy).
Menurut Ford, sistem ini menghemat waktu. Para karyawan bagian desain di
Australia, Tiongkok, Jerman dan India bisa melihat hal yang sama dan ikut
memberikan pendapat.
Teknologi ini juga memberikan para desainer Ford sebuah
pandangan 'sinar X'. Mereka bisa melihat struktur rangka mobil atau elektronik,
yang membantu mereka membuat perubahan saat desainnya tidak cocok dengan proses
pembuatan.
4. Hiburan
Nah ini dia yang menjadikan pernagkat VR sangat-sangat di gandrungi. Jeffrey Travis, seorang insinyur dan pembuat film pada tahun
2015 akan meluncurkan sebuah produk VR bernama Rocket Ace. Penggunanya akan
mengenakan headset tipe Oculus Rift, badannya digantung dengan tali-tali nylon
lalu ‘terbang’ seperti Superman. Travis mengatakan, “Perangkat lunak yang
terpasang di headset VR akan menggunakan layar kecil dengan resolusi tinggi dan
sensor-sensor pendeteksi gerak yang cukup halus.” Setelah Facebook membeli
Oculus VR di tahun 2014, semua pihak tahu, akan banyak muncul penggunaan VR di
tahun-tahun depan untuk banyak orang, bukan hanya untuk industri atau
universitas.
Perusahaan-perusahaan lain juga beraksi;
Samsung bekerja sama dengan Oculus VR mengembangkan sebuah
headset untuk Galaxy Note 4.
Sony membuat headset Project Morpheus untuk PlayStation 4.
Microsoft membuat RoomAlive, sebuah sistem VR yang
menggunakan proyektor-proyektor dan sebuah sistem sensor gerak bernama Kinect
system yang dapat mengubah ruangan apapun menjadi realitas semu. Selain para
produsen raksasa tersebut, masyarakat dunia bisa mengantisipasi adanya
perusahaan-perusahaan menengah dan kecil yang mendadak muncul lalu menawarkan
sistem VR yang menarik. Detilnya lebih baik ditunggu di tahun-tahun depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar